GRAHAMEDIA.ID - Yogyakarta, terkenal sebagai kota pelajar dan destinasi wisata budaya, kini tengah menghadapi krisis besar dalam pengelolaan sampah.
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, yang dirancang untuk menampung 650 ton sampah per hari, sering kali kewalahan dengan volume sampah yang melebihi kapasitas.
Pada tahun 2022, data menunjukkan bahwa volume sampah yang masuk ke TPA Piyungan rata-rata mencapai 747 ton per hari, jauh melebihi kapasitas yang ditentukan.
Dengan tumpukan sampah yang kini telah mencapai ketinggian 140 meter, kondisi ini menunjukkan betapa seriusnya masalah pengelolaan sampah di Yogyakarta.
Baca Juga: Presiden Jokowi Sambut Paus Fransiskus dengan Pesan Perdamaian dan Toleransi
Data dari Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral mencatat bahwa volume produksi sampah di DIY mencapai 1.366,79 ton per hari pada tahun 2020.
Meskipun ada penurunan pada tahun 2021 menjadi 1.133,34 ton/hari dan stabil di sekitar 1.231,55 ton/hari pada tahun 2022 dan 2023, angka ini masih jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2019 yang hanya sebesar 644,69 ton/hari.
Dampak Negatif
Masalah pengelolaan sampah yang tidak efektif berdampak pada banyak aspek kehidupan masyarakat.
Penurunan kualitas kesehatan akibat paparan limbah dan polusi menjadi salah satu dampaknya, sementara kerusakan ekosistem lokal juga menjadi masalah serius.
Baca Juga: Sri Paus Fransiskus Dukung Perdamaian Palestina dalam Kunjungan Bersejarah ke Indonesia
Selain itu, estetika kota yang menurun dapat mempengaruhi sektor pariwisata dan kesejahteraan masyarakat secara umum.