GRAHAMEDIA.ID - Isu megathrust atau potensi gempa dahsyat di selatan Pulau Jawa semakin menguatkan upaya berbagai pihak untuk meningkatkan kewaspadaan.
Prediksi akan terjadinya gempa besar ini memicu kekhawatiran karena dampaknya yang diperkirakan dapat menyebabkan kerusakan besar dan jatuhnya korban jiwa.
Meskipun waktu terjadinya tidak dapat dipastikan, langkah antisipatif terus dilakukan guna meminimalkan dampak bencana tersebut.
Baca Juga: 5 Referensi Merek Kusen Aluminium yang Direkomendasikan
Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Semarang bekerja sama dengan Forum Koordinasi Potensi Pencarian dan Pertolongan (FKP3) Semarang Raya menggelar latihan SAR Kesiapsiagaan menghadapi ancaman megathrust.
Kegiatan ini digelar selama tiga hari, mulai 18 hingga 20 Oktober, dengan melibatkan 58 peserta dari personel Kantor SAR Semarang serta anggota FKP3 yang terdiri dari berbagai organisasi potensi SAR di wilayah Semarang Raya.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Semarang, Budiono, dalam sambutannya menegaskan pentingnya pengembangan sumber daya manusia serta prosedur kerja yang baik dalam menghadapi potensi bencana besar seperti megathrust.
"Latihan ini merupakan upaya kami dalam membangun sumber daya, termasuk masyarakat dan potensi SAR, agar lebih siap menghadapi bencana," ungkap Budiono.
"Harapannya, jika megathrust terjadi, kami bisa meminimalkan jumlah korban," sambungnya.
Baca Juga: Cek..Cek.. Pemprov Jateng akan Pungut Pajak Alat Berat 0,2 persen
Latihan ini berfokus pada berbagai skenario penyelamatan pasca gempa, seperti evakuasi korban dari bangunan runtuh (CSSR), penyelamatan di area sempit (CSR).
Selain itu juga penanganan korban dalam kendaraan yang tertimpa bangunan runtuh (VAR), serta penanganan medis pra rumah sakit.
Semua peserta diminta untuk menyerap setiap materi dengan baik dan mengutamakan keselamatan selama latihan berlangsung.
"Pesan saya kepada para peserta, belajar dan serap ilmu dari instruktur dengan baik. Hindari sikap percaya diri berlebihan atau keraguan dalam latihan ini, karena praktik yang dilakukan cukup berisiko dan menguras energi," tutup Budiono.