GRAHAMEDIA.ID – Di tengah suasana pasca-Pemilu yang sering kali meninggalkan jejak perbedaan dan polarisasi, Komunitas Blarak Purbalingga hadir membawa pesan persatuan melalui sebuah pameran seni rupa bertajuk Ajur-Ajer.
Tema ini, yang diambil dari istilah pewayangan bermakna "melebur", mencerminkan harapan untuk kembali merajut kebersamaan di tengah masyarakat yang sempat terpecah.
Pameran yang berlangsung di Pendopo Cahyana, Kabupaten Purbalingga, digelar selama empat hari mulai 6 hingga 9 Desember 2024.
Ketua panitia, Nur Agustus, mengungkapkan bahwa pameran ini tidak sekadar ajang seni, tetapi juga menjadi simbol penting untuk mengingatkan masyarakat tentang pentingnya meleburkan perbedaan dan kembali bersatu.
“Momennya pas pasca-Pemilu, di mana kita sempat terkotak-kotak. Sekarang saatnya untuk melebur jadi satu,” ungkap Agus.
Baca Juga: Kembali Popular, Begini Cara Pemasangan dan Perawatan Tegel Lantai
Konsistensi dan Dedikasi Berkarya
Sebagai agenda tahunan, pameran seni rupa ini merupakan salah satu bentuk komitmen Komunitas Blarak untuk terus berkarya dan menyebarluaskan nilai-nilai seni kepada masyarakat.
Menurut Agus, kegiatan ini juga menjadi wadah para seniman untuk memperkenalkan hasil karya mereka kepada khalayak luas.
“Kami ingin menyuguhkan karya-karya kami kepada masyarakat. Jika ada yang berminat untuk memiliki karya tersebut, tentu bisa didiskusikan dengan panitia dan senimannya langsung,” jelasnya.
Komunitas Blarak juga membuka pintu lebar-lebar bagi masyarakat Purbalingga untuk menghadiri pameran ini, sekaligus memberikan apresiasi terhadap karya seni asli dari seniman lokal.
Baca Juga: Lepas Puluhan Keluarga Transmigran, Sekda Jateng Usulkan Program Transmigrasi Tematik
Pembukaan yang Sarat Makna
Pameran Ajur-Ajer resmi dibuka oleh Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Suroto, dengan sebuah simbolis mencoretkan tinta di atas kanvas, yang menjadi tanda dimulainya pameran.