Senin, 22 Desember 2025

Joglo Satria Pinayungan. Dulu Milik Kiai Ageng Muhammad Besari, Kini Jadi Rumah Bacapres Anies Baswedan

Photo Author
- Kamis, 19 Oktober 2023 | 14:04 WIB
tampak dalam joglo satria pinayungan, rumah Anis Baswedan (kbanews.com)
tampak dalam joglo satria pinayungan, rumah Anis Baswedan (kbanews.com)

 

GRAHAMEDIA.ID - Bakal calon presiden (capres) Anies Baswedan menggelar doa bersama kiai sebelum mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) besok, 19 Oktober 2023.

Doa bersama itu digelar di kediamannya, di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Rabu 18 Oktober 2023, malam.

Kediaman Anies terdiri dari dua lantai, dibangun di atas tanah seluas 1.600 meter persegi.

Luas bangunan rumah hanya sekitar seperempat luas tanah.

Uniknya, rumah Anies di lantai dua adalah bangunan berupa joglo.

Luas bangunan joglo itu sekitar 10x9 meter persegii.

Joglo itu bukan joglo biasa. Kayu-kayunya didatangkan dari Solo, usianya ratusan tahun.  Joglo itu dinamakan Anis, Joglo Satria Pinayungan.

Cerita pembangunan joglo itu menarik untuk disimak.

Anies menceritakan pada tahun 2009 ia membeli tanah seluas 1.600 meter persegi.

Setelahnya, ia menghubungi sahabat SMA-nya di Yogyakarta yang merupakan seorang ahli rumah joglo, Danang Anggoro Mukti.

Anies minta tolong untuk dibangunkan sebuah joglo.

Di luar dugaan Anies, Danang rupanya memang sudah menyiapkan sebuah joglo istimewa.

Kisah dibalik joglo itu dapat disaksikan dalam sebuah film dokumenter karya Ndalem Lerem yang berjudul "Satria Pinayungan - A Documentary Movie by Ndalem Lerem"

Dalam film dokumenter Satria Pinayungan, kita akan menjelajahi perjalanan Joglo Satria Pinayungan Lambang Gantung yang semula dimiliki oleh Kiai Ageng Muhammad Besari.

Joglo ini telah berdiri sejak tahun 1743 di Desa Tegalsari, Ponorogo, Jawa Timur.

Namun, selama lebih dari lima puluh tahun joglo ini mengalami masa suram karena kurangnya perawatan dan kerusakan yang cukup parah pada kayu-kayunya.

Pada tahun 2008, Joglo Satria Pinayungan Lambang Gantung hampir dipecah untuk dijual secara terpisah tapi berhasil dihentikan oleh Danang Anggoro Mukti, seorang ahli joglo asal Yogyakarta.

Danang kemudian melakukan rekonstruksi joglo dengan teliti.

Hingga pada tahun 2013, Joglo Satria Pinayungan Lambang Gantung berhasil dibangun kembali dengan kokoh di Jakarta, tepatnya di kediaman Anies Baswedan.

Tokoh Joglo Nusantara, Danang Anggoro Murti, bercerita asal muasal joglo dimiliki seorang Anies Baswedan.

Ia mengungkapkan bahwa sebenarnya Anies tidak mencari joglo ini, tapi sebaliknya, joglo inilah yang mencari pemiliknya.

‘’Kita bicara pulung, joglo ini bukan dicari tapi seolah mencari pemiliknya. Pada suatu ketika seorang Anies Baswedan. Boleh dibilang orang Jawa, karena tinggal dari kecil di  Yogya. Sangat tahu budaya Jawa dan bahasanya juga Jawa yang pada waktu itu sudah menjadi Rektor Universitas Paramadina,’’ tutur Danang.

Yang ada di pikiran Danang, Anies Baswedan ini adalah orang yang tepat menjadi pemilik Joglo Satria Pinayungan Lambang Gantung.

Sebab, joglo ini tidak ada duanya di Indonesia maupun di dunia. Karena, hanya keturunan Raja Pertama Surakarta, Pakubuwono II yang bisa membangun rumah Joglo Satria Pinayungan Lambang Gantung tersebut.

‘’Satria Pinayungan itu berarti bahwa satria itu seorang pemimpin yang terpilih. Pinayungan yang dipilih oleh Yang Di Atas. Kemudian, lambang gantung itu intinya tempat bergantung banyak orang. Maknanya, pemimpin tempat bergantungnya banyak orang yang dipilih oleh Yang Di Atas,’’ terang Danang.

tampak samping rumah joglo satria pinayungan milik Anies Baswedan (kbanews.com)

Menurut Mbah Kicuk Suparnun, salah satu dzurriyah Tegalsari, waktu itu, Joglo Satria Pinayungan Lambang Gantung di tempat asalnya seperti barang rongsok.

Ternyata barang yang seperti itu, Anies Baswedan mau merawatnya. ‘

’Itulah makanya, saya bilang, itu memanglah menjadi wahyu bagi Pak Anies,’’ kata Mbah Kicuk.

Mbah Kicuk bercerita asal muasal rumah Joglo Satria Pinayungan Lambang Gantung.

Diceritakan,  pada saat itu, tahun 1742, Kartasura ada peristiwa Geger Pacinan.

Kemudian, didoakan dengan doa khusus oleh Ki Ageng Muhammad Besari dan diamini sama santri Ki Ageng dan pengikut Sinuhun Pakubuwono II.

Setelahnya, Kartasura bisa direbut kembali dan akhirnya kembali pada kekuasaan Pakubuwono II.

‘’Lantas, Sinuhun Pakubuwono II memberikan hadiah kepada Ki Ageng Muhammad Besari berupa rumah dan tanah perdikan. Dan rumah itu disebut Joglo Satria Belandar Gantung,’’ papar Mbah Kicuk.

Dikutip dari berbagai jatim.nu.or.id, Ki Ageng Muhammad Besari adalah tokoh penyebar Islam di Ponorogo pada abad ke-17.

Ia dikenal mahaguru para Raja Jawa. Ia merupakan kakek dari Kiai Muhammad Hasan Besari, ulama abad ke-18 yang disebut Gus Dur sebagai monumen perpaduan antara Islam dan nasionalisme.

Kiai Ageng Besari pun demikian. Ia merupakan perpaduan antara karakter agamawan dan bangsawan.

Dari jalur ayah, yakni Kiai Anom Besari Caruban, Madiun, Kiai Ageng Besari merupakan keturunan dari Kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V.

Sedangkan dari garis keturunan Ibu (Nyai Anom Besari), nasabnya sampai kepada Rasulullah SAW melalui garis Sayyidati Fatimah Az-Zahra.

‘’Kalau ke rumah joglo ini, saya selalu memegang kayunya. Setiap memegang kayu ini yang terasa di tangan itu adalah sebuah perjalanan umur yang amat panjang. Bukan sekadar kayu. Karena perjalanan terkena hujan, panas, sehingga dia benar-benar menjadi keriput,’’ terang Bacapres Anies Baswedan dalam film dokumenter Satria Pinayungan.

(Bersambung)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: M.Syahrul

Sumber: KBA news

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Melongok Penataan Kawasan Benteng Pendem Ambarawa

Selasa, 10 Juni 2025 | 11:41 WIB

Terpopuler

X