GRAHAMEDIA.ID – Benteng Ontmoeting-Willem II di Ungaran, Kabupaten Semarang, kembali menjadi pusat perhatian melalui gelaran Srawung Benteng yang diselenggarakan oleh Komunitas Sanggar Tari Kertapati.
Acara yang berlangsung selama tiga hari sejak Jumat 23 Mei 2025 hingga Minggu 25 Mei 2025 ini bertujuan mengaktivasi keberadaan bangunan cagar budaya tersebut melalui kerja kolaboratif bersama komunitas seni dan masyarakat sekitar.
Benteng Willem II, yang dikenal sebagai saksi berbagai peristiwa bersejarah, diduga terinspirasi dari pertemuan Sunan Pakubuwana II dan Baron van Imhoff dalam menyelesaikan konflik suksesi Keraton Mataram pada masa Geger Pacinan 1740-1741.
Selain itu, benteng ini menjadi saksi bisu penyerahan Prancis-Belanda kepada Inggris pada 1811 dan pernah menjadi tempat persinggahan Pangeran Diponegoro dalam perjalanannya dari Magelang ke Semarang.
Baca Juga: Inilah Solusi Jangka Pendek dan Jangka Pendek atas Banjir Rob Sayung Demak
Salah satu kegiatan utama dalam Srawung Benteng adalah pameran sejarah yang dikuratori oleh Rendra Agusta, Gatot Djuwito, Tri Subekso, dan Anthony Tumimomor.
Pameran ini menampilkan dokumentasi arsip foto, peta, koran Belanda, literasi sejarah, serta artefak fisik yang dirangkai dengan narasi menarik.
Pengunjung dapat menelusuri rekonstruksi peristiwa bersejarah yang terjadi di benteng dengan cara yang edukatif dan mudah dipahami.
Ratusan pelajar mulai dari tingkat SD hingga mahasiswa, bersama masyarakat umum, antusias menikmati pameran yang didesain sederhana namun elegan sehingga menciptakan kenyamanan saat mengeksplorasi materi sejarah.
Baca Juga: Catatan Sepekan Blora Mengagas Rencana Kontinjensi Banjir DAS Lusi dan DAS Wulung Blora
Pengunjung juga mendapatkan katalog cetak sebagai panduan memahami tiap sajian visual yang dipamerkan.
Menurut Anthony Tumimomor, penanggung jawab pameran sekaligus dosen UKSW Salatiga, pameran ini diadakan untuk meluruskan sejarah yang selama ini kurang tepat dan menekan penyebaran disinformasi terkait Benteng Ontmoeting.
“Kami ingin memupuk rasa bangga masyarakat Ungaran terhadap benteng ini, mengingat tidak banyak kota di Indonesia yang masih memiliki benteng kokoh seperti ini. Harapannya, ruang pameran bisa difungsikan sebagai mini museum benteng yang menjadi destinasi edukasi sejarah bagi masyarakat,” ujarnya.