Baca Juga: Taj Yasin Upayakan Ganti Rugi Bibit untuk Petani Terdampak Banjir Demak dan Grobogan
Anak muda yang mungkin selama ini malu bicara, diberi kesempatan menyampaikan pendapatnya.
Ini adalah pendidikan demokrasi dalam bentuk paling sederhana.
Sebagai Bunda Literasi Kabupaten Blora, melihat sinema ini bukan sekadar tontonan, tapi juga “bahan bacaan visual” yang menggerakkan rasa. Ia menyentuh, menggugah, dan menginspirasi.
Sebuah metode literasi yang kontekstual, relevan, dan menyenangkan.
Ketika anak muda diajak berpikir melalui film, mereka tidak hanya menyerap cerita, tapi juga belajar melihat dunia dengan sudut pandang baru.
Baca Juga: Bunda Literasi di Era Artificial Intelligence
Ini melatih empati dan memperkuat karakter kritis yang sangat dibutuhkan zaman ini.
KEK Blora patut diapresiasi karena telah mengambil peran penting dalam ekosistem pendidikan alternatif.
Mereka membuktikan bahwa literasi bisa hadir dalam berbagai bentuk, tak melulu lewat lembaran buku atau ruang kelas formal.
Bahkan, pemutaran film lokal bisa menjadi ajang apresiasi karya anak daerah.
Baca Juga: Ini Langkah Awal Pemkab Blora Dalam Menangani Paska Banjir
Ini membuka peluang tumbuhnya sineas muda yang peka pada lokalitas dan punya keberanian menyuarakan identitas Blora lewat media sinema.
Bayangkan jika “Sinema Sabtu” terus bergulir setiap pekan. Ia akan menjadi tradisi baru yang membudayakan nonton-cerdas dan diskusi-bernilai.
Sebuah revolusi kecil yang pelan tapi pasti mengubah pola pikir dan budaya menonton generasi muda.
Artikel Terkait
Ada Program Kemitraan SPMB Jateng, Apa Saja Syaratnya ?
Peringati Hari Buku dan Kearsipan, Apa Saja Yang Dilakukan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Blora ?
Jalin MoU dengan Dinas Pendidikan, Yayasan Kemala Bhayangkari Cabang Blora Fokus Pada Peningkatan Pendidikan Anak Usia Dini
Mau Daftar SPMB SMA/SMK Se-Jawa Tengah, Inilah Caranya
SMPN 1 Todanan Dipenuhi Ikan Lele