GRAHAMEDIA.ID - Di tengah riuhnya era Artificial Intelligence (AI), hadirnya sosok Bunda Literasi menjadi harapan baru dalam menghidupkan budaya baca dan tulis yang nyaris terlindas gelombang digitalisasi.
Ketika teknologi semakin mendominasi ruang hidup manusia, literasi tak lagi sekadar soal membaca buku.
Tapi juga kemampuan menyaring informasi, memahami konteks, dan mengolahnya menjadi pengetahuan yang bijak guna.
Dilantiknya Hj. Ainia Shalichah, SH, M.Pd.AUD, M.Pd.BI. sebagai Bunda Literasi Kabupaten Blora, menjadi tonggak penting dalam sejarah gerakan literasi lokal.
Baca Juga: Ini Langkah Awal Pemkab Blora Dalam Menangani Paska Banjir
Ini bukan hanya seremoni, tapi simbol dari kesungguhan untuk menyalakan cahaya di tengah zaman yang sarat distraksi.
Kita patut bangga atas momen bersejarah ini. Sebab dari Bunda Literasi, semangat membaca akan menjalar ke pelosok desa, menyentuh anak-anak, kaum ibu, hingga lansia yang haus akan ilmu dan cerita.
Di era AI, masyarakat tak cukup hanya pandai menggunakan gawai. Mereka harus cerdas memilah informasi, kritis menelaah konten, dan kreatif menulis narasi.
Peran Bunda Literasi
Ia harus menjadi figur inspiratif yang mendekatkan buku ke pangkuan anak, membuka cakrawala lewat dongeng, dan menyulam nilai-nilai kehidupan melalui aksara yang sederhana namun membekas.
Baca Juga: Mau Daftar SPMB SMA/SMK Se-Jawa Tengah, Inilah Caranya
Teknologi mestinya tak menjadi penghalang, tetapi jembatan untuk menumbuhkan literasi.
Bunda Literasi adalah penjaga jembatan itu, memastikan setiap anak menyeberang dengan selamat menuju masa depan.
Perpustakaan bisa berbasis digital, tapi semangat membaca tetap harus menyala.