“Kerja sama ini adalah model kolaboratif untuk percepatan proyek strategis energi,” sambungnya.
Baca Juga: Arpus Semarang Ajukan Karya KH Sholeh Darat Jadi Memori Kolektif Bangsa
Senada, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menilai langkah ini sebagai pendorong penting dalam mencapai target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT).
"Ini bukan hanya soal menambah kapasitas pembangkit, tapi menciptakan ekosistem energi bersih yang berkelanjutan dan andal,” ucapnya.
Kerja sama ini berlangsung di bawah pengawasan langsung Danantara, yang sejak awal 2024 ditugaskan pemerintah mengelola dan mengonsolidasikan aset strategis negara, terutama di sektor energi dan industri dasar.
Posisi ini menjadikan Danantara semacam National Holding Investment yang menjembatani mandat kebijakan makro dengan eksekusi mikro lintas-BUMN.
Pemerintah menargetkan kontribusi EBT terhadap bauran energi nasional mencapai 23 persen pada 2025 dan 31 persen pada 2050.
Panas bumi menjadi salah satu ujung tombak karena kapasitasnya yang stabil dan bisa diprediksi—berbeda dengan tenaga surya atau angin yang fluktuatif.
Baca Juga: Akses Hunian Terjangkau untuk ASN: Pemkab Purbalingga Dorong Pemanfaatan KPR FLPP
Namun, seperti biasa, tantangan tak sedikit: mulai dari regulasi tumpang tindih, keterbatasan modal swasta, hingga kepastian keekonomian proyek.
Di sinilah peran Danantara diuji—bukan sekadar sebagai penjaga aset, tetapi katalis antara kebijakan negara dan investasi riil.
Kolaborasi Pertamina–PLN ini pun bukan hanya simbol sinergi antar-BUMN, melainkan penegas bahwa pengelolaan sumber daya nasional memerlukan pendekatan lintas sektor, lintas institusi, dan—yang terpenting—lintas ego. (*)