GRAHAMEDIA.ID - Indonesia akan mencatat sejarah baru dengan pembangunan tol bawah laut pertama di tanah air, bagian dari megaproyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Proyek yang diperkirakan menelan biaya Rp11,04 triliun ini dirancang untuk menghubungkan Kota Balikpapan dengan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN.
Dengan panjang terowongan 1,5 kilometer dan kedalaman 40 meter di bawah laut, tol ini menjadi simbol ambisi Indonesia dalam membangun infrastruktur modern.
Namun, ambisi besar ini memunculkan berbagai tantangan lingkungan dan teknis yang perlu dipertimbangkan secara serius.
Baca Juga: Pesona Prawirotaman: Kampung Bule di Yogyakarta yang Memikat Dunia
Kunci Pengembangan IKN Nusantara
Tol bawah laut ini dirancang sebagai bagian dari jalan tol sepanjang 47 kilometer yang melintasi Jembatan Pulau Balang hingga pusat IKN.
Lebar jalan 22 meter dengan enam lajur diharapkan mampu memperlancar akses dan mempercepat pembangunan wilayah.
Proyek ini melibatkan kolaborasi antara PT Hutama Karya (Persero) dan perusahaan asal Korea Selatan, Daewoo Engineering & Construction.
Dengan harapan meningkatkan konektivitas serta menggerakkan perekonomian Kalimantan Timur, tol ini menjadi simbol transformasi Nusantara menuju pusat pemerintahan modern.
Namun, di balik rencana megah tersebut, muncul kekhawatiran tentang dampaknya terhadap lingkungan, mulai dari kerusakan ekosistem laut hingga tantangan teknis yang dapat memengaruhi keberlanjutan proyek.
Dampak Lingkungan yang Perlu Dipertimbangkan
1. Kerusakan Terumbu Karang