GRAHAMEDIA.ID - Bagi umat islam, keberadaan kentongan sebagai alat untuk penanda waktu sholat amatlah penting.
Sebab kentongan selalu dipukul bersama dengan bedug setiap akan tiba waktu sholat.
Tak hayal disetiap masjid atau pesantren-pesantren selalu memiliki kentongan tersebut, karena memang sebagai alat dan sarana informasi saat itu.
Baca Juga: BAZNAS Sediakan 3.600 Porsi Makan Sahur dan Buka Puasa di Pengungsian Banjir Demak dan Kudus
Tak terkecuali dengan kentongan yang ada di Pondok Pesantren (Ponpes) Mamba'ul Huda Desa Talokwohmojo, Kecamatan Ngawen, Blora.
Kentongan di Ponpes yang berdiri tahun 1900 ini, sekaligus menjadi bukti bahwa Blora mulai mengenal pesantren untuk syair agama islam.
Sebenarnya ada lokasi kentongan ada dua kentongan. Namun yang satu merupakan kentongan yang sudah lama.
Tepatnya kentongan itu ada saat penjajahan Jepang, sekitar tahun 1942.
"Menurut para pendahulu, kentongan ini sudah ada sejak zaman Jepang, dan sampai sekarang masih tetap dipakai,"
ungkap Pengasuh Ponpes Mamba'ul Huda Talokwohmojo, Ngawen Blora KH Ahmad Zahidi Ali Ridlo.
Karena selalu dipukul sejak puluhan tahun lalu, tak salah bila disalah satu sisi kentongan bentuknya sudah cekung.
Baca Juga: Sambut Ramadan, Bank BJB Tebar Promo Suku Bunga KPR dari 6,88 Persen
Warnanya begitu mengkilat, kentongan itu saat ini dipasang berjajar dengan kentongan yang baru persis disebelahnya.
Untuk melihatnya tidaklah sulit, karena diletakan persis didepan masjid Ponpes, yang juga satu bagian dari asrama santri putra.