Hal ini diperparah oleh kurangnya perlindungan sosial di pedesaan. Basundoro (2013) juga mencatat lonjakan penduduk miskin di Kota Surabaya, sebagian besar berasal dari desa yang berupaya kabur dari kemiskinan akibat sistem tanam paksa era kolonial.
Namun, urbanisasi tidak harus menjadi cerita yang suram. Ada pelajaran berharga yang bisa dipetik dari pengalaman negara-negara lain.
Baca Juga: Adab dan Batasan Bercanda dalam Islam
Jerman, misalnya, berhasil mengelola industrialisasi pesat dengan memberikan jaminan sosial bagi kaum miskin perkotaan.
Semedi (2023) menekankan pentingnya kebijakan yang memastikan distribusi kemakmuran merata sehingga industrialisasi tidak hanya menghasilkan kekayaan bagi segelintir orang, tetapi juga memberikan kehidupan layak bagi masyarakat luas.
Menyelesaikan persoalan perkotaan di Indonesia membutuhkan pendekatan holistik.
Pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya perlu memandang kota sebagai ruang hidup bersama, bukan sekadar pusat bisnis dan ekonomi.
Di saat yang sama, penting untuk memperbaiki relasi ekonomi antara desa dan kota.
Baca Juga: Pemprov Jateng Perbaiki 17.325 Unit Rumah Tak Layak Huni Selama 2024
Dengan mencegah eksploitasi di desa dan memastikan kehidupan layak di kota, kita dapat menciptakan ekosistem yang inklusif dan berkelanjutan.
Hanya dengan cara ini, kota di Indonesia bisa benar-benar menjadi tempat tinggal yang nyaman dan penuh harapan bagi semua.(*)
Artikel Terkait
Pemprov Jateng dan Masyarakat Kolaborasi Bangun SMK Negeri 1 Karangjambu Purbalingga
Magelang Parekraf Fair 2024 Segera Hadir, Simak Agenda Lengkapnya!
Wayang Kamtibmas: Inovasi Polres Purbalingga Sosialisasikan Pilkada Damai
Indonesia Tenggelam dalam Beton: Ruang Terbuka Hijau Kian Menyusut
Kurangi Pengangguran, Ribuan Lowongan Pekerjaan Tersedia di Naker Fest 2024