Berangkat dari pertimbangan itu, lanjut Sigit, sudah sewajarnya karya sastra kelas dunia ini tak hanya dihadapkan ke pembaca berbahasa Indonesia, tetapi ke bahasa-bahasa daerah di Indonesia.
“Saya tinggal di Swiss sampai sekarang sudah 28 tahun. Saya memperhatikan diskusi sastra bahasa Jerman baik di media, TV dan forum lain bahwa nama Kafka sering disebut dan karyanya dianggap berkualitas tinggi,” ujar Sigit.
Menurut Sigit, apabila kita membicarakan prosais modern dunia. Pada sastra Inggris, maka James Joyce diianggap mewakili. Pada sastra Prancis, ada sosok Marcel Proust, dan Franz Kafka bisa dianggap mewakili sastra Jerman. (***)
Artikel Terkait
Manuskrip Puisi “Wanitaku” karya Wahyu Indah Puji Lestari Raih Kendal Puisi Award 2023
Inilah Profil Wahyu Indah Puji Lestari, Pemenang Kendal Puisi Award 2023
Tingkatkan Budaya Literasi, Perpusnas Luncurkan Program Penguatan Literasi Keluarga Berbasis Digital Mobile
Melalui Naskah Lakon "Manitis", Verry Khoerul Mizan Menangi Kendal Lakon Award 2024. Hadiahnya Unik
LINTANG: Program Pemkot Magelang Tingkatkan Literasi dan Praktik Nyata Generasi Muda
Cara Mengenang 3 Sastrawan Besar Ala Pegiat Literasi Boja Kendal: Dari Diskusi hingga pangung Literasi