Selain itu, dialog antara pemerintah dan PKL perlu ditingkatkan. Relokasi PKL sering kali menjadi isu sensitif karena menyangkut mata pencaharian mereka.
Solusi yang inklusif, seperti menyediakan lokasi alternatif yang strategis dan layak, harus menjadi bagian dari strategi penataan.
Baca Juga: Public Housing dan Social Housing: Solusi Hunian atau Ancaman Baru bagi Tata Kota?
Membangun Kota Ramah Pejalan Kaki
Surakarta memiliki potensi besar untuk menjadi kota percontohan di Indonesia dalam hal fasilitas pejalan kaki.
Trotoar yang layak tidak hanya mencerminkan kota yang maju secara infrastruktur, tetapi juga menunjukkan kepedulian terhadap semua warga, termasuk penyandang disabilitas dan kelompok rentan lainnya.
Kota yang baik adalah kota yang memberi ruang bagi semua. Dengan sinergi antara pemerintah dan masyarakat, Surakarta bisa menjadi model bagi kota-kota lain dalam menciptakan lingkungan yang ramah bagi pejalan kaki.
Mari kita bersama-sama wujudkan trotoar Surakarta yang tidak hanya cantik, tetapi juga benar-benar nyaman dan inklusif!(*)
Artikel Terkait
Mengunjungi Kampung Seni Borobudur: Pesona Seni dan Budaya di Kawasan Hunian Kreatif
Menteri PU Tinjau Progres Rehabilitasi Stadion Bumi Sriwijaya, Palembang Siap Punya Dua Stadion Berstandar FIFA
Melongok Rumah Kemasan Jawa Tengah, Upaya Tingkatkan Layanan UMKM
Pembangunan Terowongan Perlintasan Satwa di Tol IKN: Infrastruktur Ramah Lingkungan untuk Kelestarian Ekosistem
Melongok Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Lasem Rembang. Mampu Tampung 150 Siswa