GRAHAMEDIA.ID - Pada tahun 2022, Pemerintah Kota Surakarta memulai proyek ambisius untuk memperbaiki trotoar dengan anggaran Rp31,6 miliar.
Penataan ini mencakup beberapa ruas jalan utama seperti Jalan Slamet Riyadi dan Jalan Adi Sumarmo.
Namun, di balik upaya perbaikan tersebut, masih ada pertanyaan: Apakah trotoar di Surakarta sudah benar-benar nyaman dan inklusif, atau masih ada tantangan besar yang harus dihadapi?
Baca Juga: Kasus Korupsi Rp300 T Harvey Moeis Divonis Ringan, Mahfud MD: Duh Gusti, Bagaimana ini?
Trotoar Sebagai Identitas Kota
Trotoar bukan sekadar jalur bagi pejalan kaki, tetapi juga bagian dari identitas kota.
Surakarta, yang dikenal dengan julukan Kota Budaya, berupaya menjadikan trotoarnya lebih menarik dengan ornamen batik pada paving block, lampu jalan berdesain tradisional, serta patung-patung budaya Jawa.
Fasilitas ini tidak hanya mempercantik kota tetapi juga memberikan kesan yang menyenangkan bagi wisatawan, yang jumlahnya mencapai 5,5 juta orang pada tahun 2023, meningkat signifikan dari tahun sebelumnya.
Namun, kenyamanan fisik saja tidak cukup. Trotoar yang ramah harus mampu mengakomodasi semua pengguna, termasuk penyandang disabilitas.
Jalur pemandu (guiding block) untuk tunanetra telah disediakan di beberapa ruas, tetapi masih ada masalah dengan kelengkapan dan konektivitasnya.
Baca Juga: BP Tapera Gandeng 39 Bank Penyalur Untuk Pembiayaan FLPP 2025
Masalah Lama yang Terus Menghantui
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa trotoar di Surakarta belum sepenuhnya bebas dari masalah klasik, seperti parkir liar, keberadaan PKL, dan material trotoar yang cepat rusak.
Kendaraan sering kali menggunakan trotoar sebagai tempat parkir, sementara PKL kerap mendirikan lapak mereka di atas jalur pedestrian.
Akibatnya, pejalan kaki terpaksa turun ke jalan raya, menghadapi risiko kecelakaan yang tidak seharusnya terjadi.
Di sisi lain, kualitas perbaikan trotoar masih menjadi sorotan. Beberapa trotoar yang baru diperbaiki cepat mengalami kerusakan, menimbulkan pertanyaan tentang efisiensi penggunaan anggaran.
Baca Juga: Festival Gunung Slamet Dinobatkan Jadi Top 10 Event Jawa Tengah 2025
Antara Komitmen Pemerintah dan Partisipasi Masyarakat
Pemerintah Kota Surakarta telah mencanangkan berbagai program untuk mengatasi masalah ini, termasuk revitalisasi trotoar agar lebih lebar, nyaman, dan ramah disabilitas.
Namun, upaya pemerintah ini membutuhkan dukungan dari masyarakat. Kesadaran warga dan wisatawan untuk tidak merusak fasilitas umum, menjaga kebersihan, serta menghormati hak pejalan kaki adalah kunci keberhasilan program ini.
Artikel Terkait
Mengunjungi Kampung Seni Borobudur: Pesona Seni dan Budaya di Kawasan Hunian Kreatif
Menteri PU Tinjau Progres Rehabilitasi Stadion Bumi Sriwijaya, Palembang Siap Punya Dua Stadion Berstandar FIFA
Melongok Rumah Kemasan Jawa Tengah, Upaya Tingkatkan Layanan UMKM
Pembangunan Terowongan Perlintasan Satwa di Tol IKN: Infrastruktur Ramah Lingkungan untuk Kelestarian Ekosistem
Melongok Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Lasem Rembang. Mampu Tampung 150 Siswa