Langkah selanjutnya, ujar Laily, adalah penyelenggaraan seminar internasional sebagai bagian dari persyaratan administrasi dalam pengusulan gelar pahlawan nasional.
“Kami sudah mendapat restu dari Wali Kota Semarang dan anggarannya pun siap. Kami akan mengundang narasumber dari Leiden, Belanda,” ungkapnya. Seminar tersebut dijadwalkan digelar pada awal November mendatang.
Kepala Perpustakaan UIN Walisongo, Umar Falahul Alam, menyatakan kesiapan pihaknya dalam mendukung proses pendaftaran MKB. “Kami siap membantu apapun yang diperlukan,” katanya.
Program Memori Kolektif Bangsa sendiri merupakan mekanisme pelestarian dokumen dan arsip bersejarah yang memiliki nilai identitas nasional.
Baca Juga: Anggaran IKN Diblokir: Bagaimana Masa Depan Pembangunan Ibu Kota Baru?
Setelah diakui di tingkat nasional, dokumen yang masuk MKB dapat diajukan sebagai bagian dari Memory of the World UNESCO.
Sejauh ini, Indonesia telah berhasil mendaftarkan beberapa warisan penting, seperti Surat-Surat Kartini dan Tarian Jawa Mataraman.
Nama besar KH Sholeh Darat sebagai guru Kartini pun kembali diangkat dalam diskusi itu.
“Sudah saatnya masyarakat luas mengenal lebih jauh sosok beliau dan kontribusinya dalam pendidikan serta perlawanan kultural terhadap kolonialisme,” kata Anasom, yang juga alumni studi sejarah UGM dan doktor dari UIN Sunan Kalijaga.
Dukungan institusional yang solid, kolaborasi lintas lembaga, serta warisan intelektual KH Sholeh Darat yang mulai terdokumentasi secara sistematis menjadi sinyal kuat bahwa pengusulan gelar pahlawan nasional bagi ulama kharismatik asal Semarang itu semakin mendekati kenyataan.(*)