"Mimpi adalah kunci, Untuk kita menaklukan dunia, Berlarilah Tanpa Lelah. Sampai Engkau meraihnya"
Penggalan lagu Laskar Pelanggi tersebut merupakan gambaran anak-anak memiliki mimpi yang harus diraih. Melalui bangku sekolah itulah mimpi itu perlahan namun pasti akan bisa diraih.
Seperti itulah kini yang dirasakan oleh Edy Siswanto dan beberapa rekan guru yang ada di SDN 1 dan 2 Sumengko Desa Bodeh Kecamatan Randublatung Blora.
Bertugas di SD yang masuk di dalam hutan, bukanlah pilihan yang mudah. Meski demikian seluruh pengajar SDN 1 Sumengko tetap memberikan yang terbaik untuk mendidik anak-anak yang bersekolah, walaupun dengan jumlah murid yang hanya 12 anak.
Nyaris tidak ada “kemewahan” yang didapatkan oleh murid dan guru, jika membandingkan dengan SD yang ada di desa lainnya. Ataupun sekolah unggulan dengan mengatasnamakan ‘rakyat’.
Baca Juga: Harapan Satu Satunya Untuk Sekolah Ditengah Keterbatasan
Disadari atau tidak, jumlah murid yang sedikit membawa konsekwensi terhadap anggaran operasional SDN 1 Sumengko. Biaya Operasinal Sekolah (BOS) Reguler dari Pemerintah Pusat menjadi satu-satunya sumber utama untuk membranding kualitas siswa.
Maka, SDN 1 Sumengko hanya mendapatkan anggaran BOS sebanyak 12 anak, sesuai dengan data pokok pendidikan (Dapodik) yang telah terdaftar. Dibandingkan dengan sekolah yang memiliki murid banyak, tentu sangat njomplang.
Bantuan Operasional Sekolah dari Daerah
Tentu ada kesenjangan jika membandingkan dengan anggaran sekolah rakyat yang alokasi persiswanya cukup pantastis. Dibanding dengan hanya Rp 940.000 pertahun.
“Dengan kondisi seperti itu, jika ada kegiatan maka semua guru yang ada disini malakukan iuran agar kegiatan dapat terlaksana dengan baik,” ungkap Kepala SDN 1 Sumengko Kecamatan Randublatung Blora Edy Siswanto.