Sumber pangan untuk MPASI sebenarnya bisa diakses dari lingkungan terdekat. Di wilayah pedesaan, masyarakat masih leluasa menanam sendiri sayuran seperti bayam, kangkung, atau beternak ayam untuk memperoleh telur.
Di perkotaan, praktik urban farming juga semakin berkembang. Warga bisa memanfaatkan lahan fasilitas umum perumahan untuk bercocok tanam sayuran dan menerapkan metode budikdamber (budidaya ikan dalam ember).
Hasil panen berupa sayuran dan lele bisa dimanfaatkan bersama untuk kebutuhan dapur, termasuk MPASI.
Sedangkan bagi masyarakat yang tidak memiliki lahan, pilihan tetap terbuka lebar. Protein seperti tahu, tempe, telur, ayam, serta ikan lele mudah ditemukan di warung sekitar. Begitu pula sayuran dan buah seperti wortel, bayam, pepaya, alpukat, dan pisang.
Yang tak kalah penting adalah menjaga kebersihan dan teknik pengolahan makanan. Bahan harus dicuci bersih dan dimasak dengan benar. Masyarakat juga bisa bereksperimen membuat variasi menu MPASI agar anak tidak bosan dan tetap terpenuhi gizinya.
Komunikasi dan Perubahan Perilaku: Menjadi Contoh Bagi Sekitar
Perubahan perilaku membutuhkan pendekatan komunikasi yang tepat. Salah satu teori komunikasi yang relevan adalah Social Learning Theory dari Albert Bandura.
Teori ini menjelaskan bahwa seseorang dapat mengubah perilaku setelah melihat dan meniru tindakan orang lain.
Artinya, jika ada satu keluarga yang berhasil membuat MPASI dengan mudah, sehat, dan murah, maka keluarga tersebut bisa menjadi model inspiratif di lingkungan sekitar.
Pesan bahwa "MPASI itu mudah" bisa disebarluaskan secara langsung maupun lewat media sosial, seperti video tutorial, flyer, atau kegiatan edukatif.
Dengan menjadi teladan, masyarakat dapat terhindar dari risiko MPASI instan yang mungkin mengandung gula, garam, atau bahan tambahan secara berlebihan.
Pemerintah, kader kesehatan, dan organisasi masyarakat dapat mendukung penyebarluasan informasi ini sebagai bagian dari kampanye komunikasi perubahan perilaku, terutama untuk mendorong pemberian MPASI berbasis bahan pangan lokal yang murah, aman, dan bergizi.
Titik Indriyana, M. I. Kom - Wakil Sekretaris PW Fatayat NU Jateng
Artikel Terkait
Revitaslisasi Benteng Keraton Yogyakarta VS Tahta untuk Rakyat?
KAHMI Kabupaten Semarang Dorong Politik Sejuk di Era Prabowo
Baret Biru Indonesia Siap Ditugaskan ke Gaza: Amanah Besar
Prabowo: Kepemimpinan TNI Harus Berdasar Keteladanan dan Prestasi, Bukan Senioritas
111 Anak Ikuti Khitanan Massal Anak Sholeh di Masjid Agung Al Mabrur