Social housing memberikan solusi sementara bagi mereka yang tidak mampu membeli rumah di pasar properti, tetapi menghadapi tantangan dalam mengintegrasikan penghuninya ke dalam dinamika perkotaan.
Baca Juga: Inilah Rekayasa Lalu Lintas di Tol Fungsional Gending-Krasaan Dukung Kelancaran Nataru 2024
Baik public housing maupun social housing sering kali melenceng dari tujuan awalnya.
Public housing yang seharusnya menyediakan hunian murah malah menjadi simbol eksklusivitas.
Sementara itu, social housing yang dimaksudkan untuk mendukung masyarakat rentan justru mempertegas segregasi sosial dengan lokasinya yang terisolasi.
Perubahan ini juga dipengaruhi oleh keterlibatan swasta, di mana pengembang sering memprioritaskan keuntungan daripada aspek sosial.
Kebijakan harga tanah dan pengelolaan fasilitas juga turut memperburuk situasi, menciptakan jurang yang semakin lebar antara pusat kota dan pinggiran. Untuk menjadikan kedua konsep ini efektif, pendekatan holistik diperlukan.
Baca Juga: Waspada, Pemprov dan 33 Daerah di Jateng Tetapkan Status Darurat Bencana
Public housing harus mempertahankan fokusnya pada aksesibilitas bagi masyarakat berpenghasilan rendah, dengan pengendalian harga dan regulasi yang ketat.
Di sisi lain, social housing perlu dirancang dengan akses yang baik ke fasilitas kota, seperti transportasi, pendidikan, dan lapangan pekerjaan.
Kolaborasi antara sektor publik dan swasta juga penting dalam menciptakan model hunian campuran.
Hal ini memungkinkan distribusi hunian terjangkau di berbagai wilayah, termasuk pusat kota, sehingga mengurangi segregasi sosial.
Pemerintah harus memastikan kebijakan tata ruang dan perumahan mendukung inklusivitas, tanpa mengorbankan kualitas hidup kelompok rentan.
Baca Juga: Relokasi Permukiman Bantaran Sungai Ciliwung di Kampung Pulo, Normalisasi atau Marginalisasi?
Urbanisasi adalah peluang untuk memperkuat kohesi sosial, bukan menciptakan lapisan-lapisan ketimpangan baru.