GRAHAMEDIA. ID - Akhir-akhir ini nama Greneng begitu akrab terdengar. Bukan hanya karena ada Waduk Greneng yang menjadi ikon. Tetapi juga adanya wisata buah durian di Nglawungan dan Klengkeng. Serta destinasi kuliner lainnya yang kini menjadi geliat Greneng nan eksotis.
Waduk Greneng terletak di Dukuh Greneng, Desa Tunjungan, Kecamatan Tunjungan atau sekitar 12 km ke arah barat laut Kota Blora saat ini menjadi jujugan warga dalam berwisata.
Karena selain menyuguhkan eksotisme waduk, masyarakat juga bisa melakukan beragam kegiatan di area terbuka yang berada di tengah waduk. Berlatar belakang hutan, lokasi tersebut saat ini menjadi salah satu tempat wisata warga.
Waduk Greneng mempunyai hamparan yang luas sekitar 63 hektar, hal itu berdasarkan papan eksploitasi yang terpasang di sekitar waduk. Untuk mencapainya dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.
Baca Juga: Sumur Angguk Pesona Eksostisme Peninggalan Minyak Di Hutan Jati
Sebelum masuk ke waduk, pepohonan jati kampung dan tanaman lain di sepanjang jalan langsung menyambut. Jalan kecil beraspal akan mengantar pengunjung menyusuri pinggiran waduk.
Bukan hanya waduknya yang mengundang keindahan panorama alam di sekitar juga menawarkan pemandangan yang indah. Sampai sekarang setiap hari libur dipastikan waduk ini ramai dikunjungi orang. Terlebih ketika air waduknya penuh. Interaksi alam dengan manusia pun terjadi di waduk ini. Hamparan air yang melimpah itu banyak membawa manfaat bagi warga setempat. Meski, juga menjadi sedikit kendala.
Namun, kendala yang sudah sudah dialami turun temurun itu menjadi sebuah hal yang biasa. Saat air waduk penuh, warga yang lahan pertaniannya berada di seberang waduk harus menyeberangi waduk untuk mencapai seberang. Dari sinilah interaksi itu berlangsung. Air waduk itu menjadi sahabat setiap hari warga.
Mirip Pantai
Perahu-perahu kecil hilir mudik membawa penumpangnya menyeberangi waduk. Untuk pergi ke sawah, mencari rumput atau keperluan lain menggunakan perahu kecil ini. Kini perahu kecil itu ada yang digunakan untuk freewedding dan juga menyebrang sisi lainnya.
Baca Juga: Diyakini Sebagai Magnet Wisata, Kampung Seni Kujon akan Ground Breaking pada November 2023
Nah Karena itu pinggiran waduk banyak perahu yang diparkir. Mirip di pantai, ketika banyak perahu nelayan yang ditambatkan di pinggir pantai. Berbagai barang diangkut di perahu itu, seperti kayu bakar, rumput, hasil panen, bahkan sampai mesin untuk mengolah tanah diangkut dalam perahu. Sebab, perahu adalah satu-satunya alat untuk bisa menyeberang.
Selain itu, juga ada warga memanfaatkan waduk untuk mencari penghasilan. Ikan air tawar di waduk ini cukup banyak. Sehingga, banyak warga yang menjala sampai ke tengah waduk. Biasanya mereka bekerja secara tim, sekitar dua sampai tiga orang dalam satu perahu.
Ada yang bertugas untuk menebar jala, ada yang kebagian mengendalikan laju perahu dan ikut menarik jala untuk diangkat. Setelah di darat, hasil tangkapan dibagi sesuai jumlah anggota tim yang bekerja. Selain untuk dimanfaatkan untuk lauk sendiri, kebanyakan hasil tangkapan itu dijual.
Baca Juga: 8 Rekomendasi Tempat Wisata di Magelang yang Memukau
Artikel Terkait
Menengok Rumah Deret di Bantaran Kali Pepe Solo, Contoh Keberhasilan Penataan Permukiman Kumuh
Rumah Deret dan Kampung Deret, Solusi Permukiman Kumuh dengan Partisipasi Masyarakat
Masuk Tahapan Kampanye, Masyarakat Diminta Bijak Membaca Informasi di Media Sosial
Literasi Digital Untuk Pemilu Damai Terus Digenjot Oleh Kominfo
Seleksi Petugas Haji 2024 Akan Dimulai Desmeber 2023. Tunggu Tanggal Mainnya