Senin, 22 Desember 2025

Asal Muasal Shalawat Asyghil, Shalawat yang Sering Dilantunkan Pendukung Pasangan Amin

Photo Author
- Kamis, 19 Oktober 2023 | 08:27 WIB
Pasangan Amien doa bersama (twitter @cakimiNOW )
Pasangan Amien doa bersama (twitter @cakimiNOW )



GRAHAMEDIA.ID - Bakal calon presiden wakil presieden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Amin) dalam berbagai acara kerap melantunkan Shalawat Asyghil.

Malam hari sebelum mendaftarkan diri ke KPU, doa bersama para pendukungnya di seluruh Indonesia juga melantunkan shalawat asyghil.

Begitu pula pagi hari menjelang kebarangkatannya ke Kantor KPU, Kamis 19 Oktober 2023, para pendukungnya juga tak berhenti membaca shalawat asyghil.

Shalawat ini bermakna permohonan rahmat kepada Nabi Muhammad SAW.

Shalawat ini juga berupa doa meminta keselamatan dan dijauhkan dari orang-orang yang dzalim.

Dilansir dari NU Online, ternyata Shalawat Asyghil ini memiliki sejarah panjang sejak zaman salafus Shaleh.

Munculnya Sholawat Asyghil berasal jauh pada masa akhir Dinasti Bani Umayyah yang berkuasa tahun 41 sampai 133 Hijriyah atau 661 hingga 750 Masehi dan awal berdirinya Dinasti Bani Abbasiyyah.

Pergantian tampuk kekuasaan menjadikan kehidupan politik, sosial bahkan keagamaan menjadi terguncang. Ketidak-stabilan politik berimbas kekacauan dimana-mana.

Baca Juga: Sebelum Mendaftar ke KPU, Pasangan Amin Disambut Shalawat Asyghil di Kantor DPP PKS. Ini Lirik dan Maknanya

Pencetus Sholawat ini adalah adalah cucu urutan ke lima Rasulullah SAW yaitu Jafar bin Muhammad bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali Al-Murtadlo suami dari Fatimah Az-Zahra putri Rasulullah.

Imam Jafar ini kemudian terkenal dengan Jafar Ash-Shadiq. Beliau merupakan induk sanad dari Abu Hanifah, pendiri Madzhab Hanafi dan Imam Malik bin Anas, pendiri Madzhab Maliki.

Sanad Imam Syafii merujuk pula kepada Imam Malik bin Anas. Oleh karenanya, pencipta Sholawat ini merupakan induk keilmuan yang legitimate dalam dunia Islam.

Selain seorang cucu Rasulullah, Imam Jafar Ash-Shadiq juga orang yang sangat berilmu.

Shalawat Asyghil dahulu tidak terlalu familiar dengan telingan orang-orang Islam di Nusantara, sampai beberapa waktu belakangan di populerkan dan di ijazahkan oleh Ulama-ulama Moderat.

Penelusuran tentang sholawat Asyghil ternyata tertulis dalam kitab Al-Kawakibul Mudhiah fi Ash-Shalati Ala Khairil Bariyyah atau dalam bahasa Indonesia bermakna “Gemintang Gemerlap dalam bershalawat kepada Sebaik-baiknya Kebaikan/ Rasulullah”.

Kitab ini merupakan karya tangan seorang Habib dari Tanah Tarim yaitu Habib Ahmad bin Umar bin Ahmad bin Aqil bin Muhammad bin Abdullah bin Umar Al-Hinduan al-Baalawi.

Pengarangnya lebih terkenal dengan nama Habib Ahmad bin Umar Al-Hinduan. Habib yang tumbuh besar di Tarim Yaman, dan sering mengunjungi India untuk berdakwah di sana. Habib Ahmad bin Umar Al-Hinduan wafat pada tahun 1122 H dan di makamkan di Tarim Yaman.

Dalam Jurnal Studi Hadis Nusantara (2022) halaman 134-148, Nurjaman, Deden, Lukman Zain, dan Ahmad Faqih Hasyim menjelaskan bahwa Imam Ja’far ash-Shadiq rutin membaca shalawat asyghil dengan jamaahnya saat melakukan doa qunut subuh.

Shalawat itu muncul salah satunya ketika ahlul bayt atau keturunan Nabi Muhammad saw mengalami persekusi oleh Bani Umayyah, terutama di masa kepemimpinan Yazid bin Muawiyyah.

Lalu Ja’far Ash-Shadiq membuat shalawat asyghil. Dia berdoa agar orang-orang zalim itu ribut sesama mereka sendiri.

Pembacaan shalawat asyghil juga tersambung kepada salah satu wali besar al-Habib bin Umar al-Hinduan Ba’alawy.

Shalawat asyghil sering dibacakan di Hadramaut daurah Masyayikh Yaman hingga sekarang.

Sebab itu, shalawat asyghil juga dikenal dengan sebutan shalawat Habib Ahmad bin Umar al-Hinduan Ba’alawy (wafat 1122 H).

Sebab, shalawat ini tercantum dalam kitab kumpulan shalawat beliau, yakni al-Kawakib al-Mudhi’ah fi Dzikr al-Shalah Ala Khair al-Bariyyah.

Dikutip dari tesis Sierly Ulya Maulida berjudul KH. Ali Manshur: Biografi dan Penggagas Sholawat Badar (UIN Sunan Ampel Surabaya, 2022) menjelaskan bahwa pada zaman penjajahan Belanda, banyak ulama yang membaca shalawat, salah satunya shalawat asyghil, lafal shalawat asyhgil dengan jelas menunjukkan fungsinya untuk membentengi diri dari luar dan dalam.

Di kalangan ulama pesantren, tokoh yang dikenal memiliki sanad shalawat asyghil yaitu Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo KH M. Anwar Mansur.

KH Anwar Manshur memperoleh ijazah shalawat asyghil dari KH Abdul Abbas Buntet Cirebon.

Demikian ulasan mengenai asal muasal shalawat asyghil.

Pada artikel berikutnya kita akan membahasa mengenai karekteristik maupun kegunaan shalawat ini.***

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: M.Syahrul

Sumber: NU Online

Tags

Artikel Terkait

Terkini

 Jawa Tengah Siap Sambut Nataru, Inilah Kesiapannya

Minggu, 21 Desember 2025 | 16:40 WIB

Terpopuler

X