GRAHAMEDIA.ID - Memperingati Hari Santri 2023, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengeluarkan seruan kepada seluruh pengurus dan anggota NU untuk mengadakan acara Pembacaan 1 Miliar Shalawat Nariyah.
Seruan ini disampaikan melalui surat edaran PBNU Nomor 1034/PB.01/A.1.03.08/99/10/23 yang diterbitkan pada tanggal 13 Oktober 2023 dan ditandatangani oleh Rais 'Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Katib 'Aam PBNU KH Akhmad Said Asrori, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, serta Sekretaris Jenderal PBNU H Saifullah Yusuf.
Ketua PBNU H Ishfah Abidal Aziz menjelaskan terkait dengan teknis Pembacaan Satu Miliar Sholawat Nariyah.
Ia mengatakan masing-masing struktur kepengurusan NU dari pusat hingga ranting mendapatkan 15 paket, di mana satu paket terdiri dari 4.444.
Kemudian untuk teknis pembagiannya diserahkan kepada masing-masing struktur kepengurusan.
“Teknis pembagian kami serahkan pada struktur NU, umpama PWNU Jawa Tengah 15 paket, kami serahkan sepenuhnya menjadi kewenangan PWNU," kata Ishfah.
"Umpama di PCNU tertentu, dalam satu majelis dibebankan satu paket, 4.444 Shalawat Nariyah setidaknya 45 orang. Satu Shalawat Nariyah 30 detik, dibutuhkan 50 menit atau satu jam, maka butuh 45 orang,” sambungnya.
Ia menegaskan Pembacaan Shalawat Nariyah dilaksanakan pada Sabtu 21 Oktober 2023 malam.
Acara diawali dengan Shalat Isya berjamaah, pembacaan tawassul dan aurad, lalu pembacaan Shalawat Nariyah.
“Jadi selepas shalat Isya, bukan sore jam lima, tetapi selepas melaksanakan shalat Isya berjamaah. Kami tegaskan sebagaimana surat edaran kepada pengurus wilayah, diawali dengan shalat Isya berjamaah, tentu menyediakan dengan waktu pelaksanaan shalat di masing-masing daerah,” terangnya.
Ishfah mengungkapkan alasan mengapa satu paket terdiri dari 4.444 Shalawat Nariyah, hal tersebut berdasarkan ijazah yang diperoleh, sehingga menjadi dasar.
“Umpama di PCNU A, ada sembilan majelis itu dalam satu struktur itu mewajibkan 15 paket, semua akan terdistribusikan dengan baik, dengan dasar seperti ini kami putuskan tidak ada nyicil, semua kontan dibaca bersama-sama, tawasul dilakukan secara bersama-sama selepas shalat Isya berjamaah. Saya kira menjadi dasar kita untuk menghitung, tidak ada nyicil,” tegasnya.