GRAHAMEDIA.ID - Momentum positif pasca pandemi ditandai dengan normalisasi mobilitas dan perusahaan kembali menerapkan Work From Office (WFO). Dampaknya, telah mendorong peningkatan urbanisasi dan memperkuat optimisme terhadap pasar rumah sewa.
Berdasarkan riset Pinhome berjudul Indonesia Residential Market Report 2023 & Outlook 2024,sepanjang 2023, inventori rumah sewa bertumbuh positif di angka 104% (YoY).
Hal ini ditandai dengan pertumbuhan positif secara bulanan meskipun sempat ada penurunan sementara pada Idul Fitri dan November.
Khususnya pada provinsi Banten dan Jawa Barat menunjukkan lonjakan signifikan, dengan inventori bertumbuh hingga dua kali lipat.
Seiring dengan meningkatnya urbanisasi, kota-kota metropolitan seperti DKI Jakarta dan Bandung, serta kota penyangga seperti Tangerang Selatan, Depok, dan Bekasi, tetap menjadi lokasi pilihan utama untuk menyewa rumah.
Baca Juga: Biar Hemat Biaya Sewa Kos, Begini Tips Jitunya
Di wilayah tersebut, permintaan rumah sewa menunjukkan variasi harga yang luas, mencerminkan adanya kebutuhan menyewa rumah sederhana hingga menengah ke atas.
Harga sewa yang diminati di DKI Jakarta bervariasi. Umumnya, harga sewa rumah di Jakarta Selatan dan Jakarta Utara ada pada harga 60 juta per tahun.
Sedangkan Jakarta Pusat dan Jakarta Barat ada pada harga 40 juta per tahun, dan Jakarta Timur ada pada harga 20 juta per tahun.
Harga sewa yang diminati di kota-kota penyangga Jakarta berkisar kurang dari sampai dengan 20 juta per tahun, menawarkan opsi hunian yang terjangkau bagi mereka yang mencari alternatif dekat dengan ibu kota.
Baca Juga: Rumah Sewa atau Rumah Milik? Mana yang Pas untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah?
Mengutip hasil survei Property Perspective from Gen Z 2023 yang dirilis oleh Jakpat, terungkap bahwa 36% responden lebih memilih menyewa dibandingkan membeli dikarenakan belum siap secara finansial.
Alasan lainnya karena harga sewa yang lebih terjangkau (22%) dan kemampuan memilih lokasi yang strategis (18%).