GRAHAMEDIA.ID - Program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera), yang diharapkan menjadi solusi atas masalah perumahan, justru menuai kritik tajam dari masyarakat.
Berdasarkan survei Litbang Kompas 2024, sebanyak 43,1 persen responden secara tegas menolak berpartisipasi dalam program ini.
Pemotongan gaji secara berkala untuk iuran Tapera dinilai memberatkan, terutama bagi pekerja dengan penghasilan pas-pasan.
Selain itu, kritik juga muncul terkait kurangnya transparansi dalam pengelolaan dana Tapera.
Baca Juga: Waspadai Penipuan, Begini Cara Pengajuan KPR Agar Aman
Ketidakjelasan mengenai manfaat jangka panjang program ini menambah keraguan masyarakat.
Meski demikian, ada 16,2 persen responden yang mendukung program ini dan bersedia berpartisipasi.
Tapera sendiri merupakan program simpanan yang bertujuan menyediakan pembiayaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah hingga menengah.
Peserta Tapera terdiri dari pekerja dan pekerja mandiri dengan penghasilan minimal sebesar upah minimum.
Baca Juga: Ide Dekorasi Kamar Kos yang Bikin Nyaman dan Betah
Untuk mengatasi kritik yang ada, pemerintah perlu meningkatkan sosialisasi dan transparansi pengelolaan dana.
Peningkatan edukasi masyarakat, penyederhanaan birokrasi, serta kerja sama dengan sektor swasta dinilai bisa menjadi langkah strategis.
Dukungan dari swasta melalui Kerja Sama Pembiayaan Badan Usaha (KPBU) dapat memperkuat investasi di sektor perumahan, sehingga program Tapera lebih efektif dan berkelanjutan.(*)