tinjau-rumah

Mengunjungi Masjid As Sholeh Darat, Masjid Peninggalan Gurunya Para Guru Bangsa

Jumat, 15 Maret 2024 | 06:17 WIB
Masdi As Sholeh Darat di Semarang nampak depan (Grahamedia.id)

GRAHAMEDIA.ID - Bangunan masjid itu berada yang berada di Jalan Kakap Darat Tirto No.29 Kelurahan Dadapsari, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang itu nampak seperti masjid tempat umumnya. Di depannya tertulis Masjid As Sholeh Darat.

Namun, siapa sangka, masjid itu menjadi petilasan ulama besar, dimana banyak para guru bangsa mengaji di tempat tersebut.

Ya, masjid itulah salah satu petilasan ulama besar Kiai Sholeh Darat yang kini masih ada, meskipun sudah dilakukan pemugaran beberapa kali. Di masjid itu pula, setiap tahun diselenggarakan pengajian untuk memperingati haul kiai yang bernama lengkap Muhammad Sholeh bin Umar al-Samarani.

“Beliau sebenarnya wafat pada tanggal 28 Ramadan 1321 Hijriyah/ 18 Desember 1903, namun keturunanya biasa memperingatinya pada 10 hari setelah lebaran, hal ini untuk memudahkan para pengunjung,” kata cicit Kiai Sholeh Darat, Agus Taufiq.

Selain diselenggarakan pengajian di Masjid As Sholeh Darat, keturunanya yang masih ada juga menziarahinya di tempat pemakaman umum (TPU) Bergota Semarang.

Baca Juga: Menelusuri Masjid Taqwa Sekayu Kota Semarang, Masjid Tertua Se Jawa Tengah

Di ceritakan Agus, Kiai Sholeh Darat itu sebenarnya lahir di Desa Kedung Jumbleng, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara dengan mana Muhammad Shaleh pada 1820 masehri atau 1235 Hijriyah.

Seiring perjalanan waktu, namanya ditambah Darat. Sebutan kata “Darat” di belakang namanya adalah sebutan masyarakat untuk menunjukkan tempat tinggalnya, yakni di Kampung Darat Semarang.

Putra dari Kiai Umar ini sejak muda memang sudah haus dengan ilmu, selain belajar ilmu keagamaan dengan ayahnya, ia juga belajar mengaji ke beberapa ulama yang ada di tanah Jawa.

Merasa masih belum cukup, ulama yang paling tidak menulis 40 kitab ini juga merantau ke Mekkah untuk belajar ilmu kesialaman dimana agama itu pertama kali turun.

Sepulang dari tanah Arab, Kiai Sholeh Darat pulang ke Semarang menikah dengan Sofiyah, putri Kiai Murtadho yang merupakan teman akrab ayahnya.

“Pesantren di kampung Darat itu sebenarnya yang mendirikan adalah Kiai Murtadho, namun yang meneruskan perkembangannya adalah Kiai Sholeh Darat,” ungkap Agus.

Selama berkiprah di Semarang, banyak ulama maupun para tokoh yang kelak menjadi guru bangsa menimba ilmu kepadanya.

Baca Juga: Menengok Masjid Lautze 2 Bandung, Simbol Akulturasi Budaya Tionghoa di Tatar Sunda

Halaman:

Tags

Terkini