GRAHAMEDIA.ID – Operasi pencarian dan penyelamatan korban banjir serta tanah longsor di Kabupaten Pekalongan menghadapi berbagai tantangan yang signifikan di lapangan.
Bencana yang dipicu oleh hujan deras pada Senin 20 Januari 2025 ini telah menyebabkan kerusakan parah di beberapa desa serta korban jiwa yang mencapai 17 orang meninggal dunia, 13 luka-luka, dan 9 lainnya masih hilang.
Kepala BPBD Jawa Tengah Bergas C Penanggungan mengungkapkan, salah satu hambatan utama yang dihadapi adalah sulitnya akses ke lokasi longsor di Desa Kasimpar dan Yosorejo, Kecamatan Petungkriyono.
"Kondisi medan yang berbukit serta jalan yang sempit dan licin membuat pengangkutan alat berat ke lokasi bencana menjadi sangat sulit. Akibatnya, proses evakuasi korban dan pembersihan material longsor terhambat," kata Bergas, Rabu 22 Januari
Baca Juga: Basarnas Kerahkan Drone Thermal dan Anjing Pelacak Cari Korban Longsor Petungkriyono
Hujan dengan intensitas tinggi yang masih terus berlangsung juga menjadi kendala besar.
Selain meningkatkan risiko longsor susulan, hujan deras menyebabkan pandangan menjadi terbatas, sehingga menyulitkan tim SAR untuk melakukan penyisiran terhadap korban yang hilang.
Operasi pencarian terpaksa dihentikan pada Selasa malam karena cuaca buruk dan kondisi lokasi yang gelap.
Jaringan komunikasi di lokasi terdampak juga menjadi tantangan besar. Beberapa daerah di Kecamatan Petungkriyono merupakan zona blank spot atau minim sinyal, yang menyulitkan koordinasi antara tim di lapangan dan pusat komando.
Hal ini menghambat pengiriman informasi dan pembaruan data terkait situasi di lokasi.
Tim SAR dan para korban saat ini membutuhkan berbagai bantuan mendesak, seperti, Penerangan untuk mendukung operasi pencarian pada malam hari.
Baca Juga: Kota Magelang Hadirkan ZAMP: Solusi Air Minum Berkualitas Langsung dari Keran
Kemudian alat berat untuk mempercepat pembersihan material longsor dan membuka akses jalan.
Logistik, yakni kebutuhan dasar seperti makanan, air bersih, dan perlengkapan medis.