Adapun yang terakhir (kedelapan) adalah perpindahan moda dalam satu kali perjalanan, yang berada di batas maksimal tiga kali.
Menurut Badan Pusat Statistik Tahun 2022, jumlah penduduk di Jabodetabek sebesar 31.684.645 jiwa. Hasil analisis BPTJ (2023), potensi jumlah penduduk terlayani angkutan umum (jika tersedia halte/bus stop kurang dari 500 m dari lokasi berangkat) sebanyak 7.977.987 jiwa atau 25,18 persen.
Mengacu ketersediaan halte/bus stop kurang dari 500 m dari lokasi memulai perjalanan, ada tiga wilayah tertinggi di Jabodetabek yang potensi jumlah penduduk terlayani angkutan umum, yaitu Kota Administrasi Jakarta Pusat sebesar 88,5 persen, Kota Administrasi Jakarta Selatan (70,84 persen) dan Kota Administrasi Jakarta Timur (64,09 persen).
Baca Juga: Rumah Deret dan Kampung Deret, Solusi Permukiman Kumuh dengan Partisipasi Masyarakat
Sementara itu, ada tuga wilayah terendah, yaitu Kabupaten Bekasi sebesar 0,84 persen, Kabupaten Tangerang (0,76 persen) dan Kabupaten Bogor (0,67 persen).
Mengutip hasil Studi Capaian IKU Rencana Induk Transportasi Jabodetabek (RITJ) yang diselenggarakan BPTJ tahun 2023, diestimasi terdapat total lebih 75 juta pergerakan antar kecamatan di Jabodetabek setiap harinya.
Bangkitan perjalanan (trip production) terbesar berada di Kecamatan Kelapa Gading, Kecamatan Cengkareng, Kecamatan Cakung, Tambun Selatan, Kecamatan Duren Sawit, Kecamatan Kalideres, dan Kecamatan Tanjung Priok.
Sementara tarikan perjalanan (trip attraction) terbesar berada di Kecamatan Gambir, Kecamatan Menteng, Kecamatan Pademangan, Kecamatan Sawah Besar, Kecamatan Senen, Kecamatan Setia Budi, dan Kecamatan Tanah Abang.
Lalu, rata-rata waktu perjalanan 41,09 menit, rata-rata kecepatan 23,61 km/jam. Rata-rata perpindahan moda 1,14 kali, rata-rata perpindahan moda di dalam simpul transportasi 124,50 meter, Rata-rata jarak berjalan kaki ke angkutan umum 249,74 meter, konektivitas trunk dan feeder 94 persen, dan cakupan pelayanan angkutan umum sudah mencapai 54,30 persen.
Terdapat 9 jenis layanan angkutan umum massal di Jabodetabek yang terbagi menjadi angkutan berbasis jalan dan berbasis rel.
Jumlah penumpang terbesar adalah BRT Transjakarta (1,1 juta penumpang/hari) dan KRL Commuter Line (952 ribu penumpang/hari) di tahun 2023. Modal share transportasi publik sebesar 19,43 persen, micro/transportasi lokal 9,53 persen, sepeda motor 56,11 persen, mobil 10,33 persen, pejalan kaki 9,44 persen, dan sepeda 3,28 persen.
Baca Juga: Perbedaan Rumah, Perumahan, Permukiman dan Kawasan Permukiman. Kamu Wajib Tahu
Jumlah penumpang
Jumlah penumpang eksisting untuk Transjakarta sebanyak 1,17 juta penumpang/hari (2023), Commuter Line Jabodetabek 952.000 penumpang/hari (2023), MRT 40 ribu penumpang/hari (2022), LRT Jabodebek 54.117 penumpang/hari (September 2023), LRT Jakarta 2.800 penumpang/hari (2023), TransJabo 55.442 penumpang/hari (2022), Jabodetabek Regency Connection (JRC) 6.948 penumpang/hari (2022), dan Jabodetabek Airport Connection (JAC) 842 penumpang/hari (2022). Total terdapat 2,28 juta penumpang/hari.
Sudah 7,3 juta jiwa (lebih 65 penduduk) penduduk Provinsi DKI Jakarta dilayani oleh angkutan umum eksisting. Hanya 656 ribu jiwa penduduk Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) yang dilayani (kurang 5 persen) oleh angkutan umum eksisting.
Berdasarkan cakupan layanan 500 m dari titik simpul, angkutan umum massal eksisting berpotensi melayani 7,97 juta (25,18 persen) penduduk Jabodetabek
Artikel Terkait
Perbedaan Rumah, Perumahan, Permukiman dan Kawasan Permukiman. Kamu Wajib Tahu
Ingin Rumah Sejuk di Tengah Permukiman Padat? Coba Aplikasikan Material ini
Menengok Rumah Deret di Bantaran Kali Pepe Solo, Contoh Keberhasilan Penataan Permukiman Kumuh
Rumah Deret dan Kampung Deret, Solusi Permukiman Kumuh dengan Partisipasi Masyarakat
Reinkarnasi Kawasan Permukiman Heritage Yogyakarta, Antara Upaya Regulatif Pemerintah dan Kesadaran Pemilik
Tangki Septik Komunal, Solusi Sanitasi Sehat di Permukiman Padat Penduduk