GRAHAMEDIA.ID - Mars "Syubbanul Wathan" atau yang popular di sebut lagu "Yaa Lal Wathan" diciptakan oleh Hadratusyaikh KH Abdul Wahab Chasbullah pada tahun 1916.
Lagu ini kerap dinyanyikan setelah lagu Indonesia Raya dalam setiap acara yang digelar kalangan Nahdliyyin.
Seperti misalnya pada peringatan hari santri 2023, lagu ini pasti akan dinyanyikan.
Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Nahdlatul Ulama Banten, Imaduddin Utsman al Bantani pada tahun 2021, seperti dikutip dari banten.nu.or.id, pernah mensyarah (menjelaskan/memaknai) lagu ini.
Ia mencoba mengurai beberapa kalimat yang belum seragam
Baris kelima adalah kalimat:
أَنْتَ عُنْواَنُ الْفَخَاماَ
Anta ‘Unwanul Fakhoma (engkau panji martabatku)
Kata "unwan" bermakna "dalil" atau petunjuk. (al-Munjid: 534) "unwan kitab" adalah judul kitab.
Kalimat tersebut diterjemahkan dalam lagu tersebut dengan "panji" yaitu bendera perang, masih memiliki makna yang "munasib" (sesuai) karena panji merupakan tanda bagi pasukan ketika di medan perang.
Kalimat "fakhoma" yang biasa ditulis "فخاما" dengan huruf alif di akhirnya, yang paling tepat adalah ditulis dengah hurup "kha" (فخامة).