GRAHAMEDIA.ID - Pemilih usia muda akan mendominasi pada Pemilu 2024 yang akan datang.
Mereka adalah pemilih di kisaran usia 22-30 tahun. Jumlahnya mencapai 56 persen dari total pemilih atau sekitar 114 juta orang.
Ketua Lembaga Kajian Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Lakpesdam PBNU) Hasanuddin Ali mengatakan bahwa pemilih muda memiliki peran kunci dalam meningkatkan partisipasi pemilih secara keseluruhan.
“Seberapa besar pemilih muda ini datang ke TPS akan menentukan seberapa besar tingkat partisipasi pemilih secara keseluruhan,” kata Hasanuddin dalam Diskusi Publik Pojok Kramat "Pemilih Muda pada Pemilu 2024" di Lobi Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Jumat 27 Oktober 2023.
Baca Juga: Menlu Retno di DK PBB: Kapan DK Akan Menghentikan Perang di Gaza?
Dia juga menekankan bahwa anak-anak muda memiliki isu-isu yang menjadi perhatian mereka.
Ia mencatat setidaknya ada lima isu yang menjadi perhatian anak muda.
Pertama adalah soal pendidikan, bagaimana menyiapkan grand strategi untuk menyambut Indonesia Emas 2045.
"Bagaimana potensi anak muda kita yang luar biasa besar, akses anak muda kita, kualitas pendidikan kita," ungkapnya.
Baca Juga: Resmi Dibuka, 700 Atlet Tenis Meja Berebut Piala Gubernur Jateng
Kedua, soal isu iklim. Perubahan iklim ini menjadi isu yang sangat menjadi perhatian anak muda.
"Kita juga belum melihat kandidat baik capres, caleg yang bicara soal perubahan iklim,” ujarnya.
Ketiga, soal tenaga kerja, meliputi kesempatan tenaga kerja, soal kewirausahaan, dan hal lain yang menjadi atensi anak muda.
Baca Juga: Yenny Wahid: Mahfud MD Dibawa Gus Dur Untuk Menegakkan Hukum di Indonesia
Lalu keempat, soal kesenjangan ekonomi antara si miskin dan si kaya yang dari waktu ke waktu selalu menjadi perhatian anak muda.
Terakhir, adalah soal keagamaan.
"Jangan salah, jangan dikira anak muda kita ini tidak peduli dengan soal keagamaan, mereka justru sangat perhatian dengan soal-soal keagamaan, bagaimana anak muda ini mendapatkan literasi keagamaan yang baik," jelasnya.
"Karena selama ini kita tahu literasi keagamaan mereka, mereka dapatkan dari sosial media yang tingkat kesahihannya belum tentu benar,” sambungnya.
Baca Juga: Inilah 76 Nama Calon TPD Unsur Masyarakat Periode 2023-2024, DKPP Minta Tanggapan Masyarakat
Menurut Hasanuddin Ali, hingga saat ini bahwa belum ada kandidat Pilpres 2024 yang serius membahas lima isu tersebut secara mendalam.
Sementara itu, Cania Citta Irlainna, seorang Kreator Konten, menyatakan bahwa media sosial, terutama TikTok, memiliki peran penting dalam mempengaruhi diskursus politik.
Ia melihat generasi muda masih memiliki harapan terkait dengan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
“Selalu ada harapan, tinggal bagaimana para stakeholder para orang yang punya akses terhadap pembuat kebijakan, termasuk media tinggal bagaimana mengarahkan ini semua ke arah yang tepat,” ujarnya.
Baca Juga: DKPP Jatuhkan Sanksi Peringatan Keras Kepada Ketua KPU RI
Dari sisi lain, Arie Putra, Co-Founder Total Politik, berpendapat bahwa selama masih berbicara anak muda perlu diberikan edukasi politik dan edukasi memilih, maka itu sama saja meragukan kapasitas anak muda dalam menentukan arah politik.
Namun, dia juga mengemukakan apakah pemilih muda benar-benar menjadi kelompok yang solid dalam politik, atau apakah konsep pemilih muda ini masih rapuh, masih menjadi pertanyaan besar.
“Menurut saya konsep anak muda dalam politik ini konsep yang rapuh. Ini menjadi pertanyaan apakah sebagai kelompok politik ini benar ada atau sebagai imajinasi,” ujarnya.
Baca Juga: Baca Puisi Kepada Orang yang Baru Patah Hati, Cak Imin: Optimis Menang Semuanya!
Lebih lanjut, ia mengungkapkan keraguannya, apakah anak muda sebagai kelompok politik memiliki daya ikat yang kuat, seperti yang terjadi pada pergerakan sosial dan politik di berbagai negara.
"Saya melihat harapan dalam peran media komunikasi modern yang memungkinkan persona individu mengalahkan kekuatan kelembagaan dan organisasi," pungkasnya.***