GRAHAMEDIA.ID - Seorang hacker bernama Jimbo mengklaim telah menguasai database pemilih Indonesia, yakni Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2024.
Peretasan ini mengungkapkan kegagalan mencolok dalam sistem keamanan siber Indonesia.
Jimbo dengan congkaknya menjual data ratusan juta warga Indonesia, termasuk informasi pribadi sensitif seperti NIK dan alamat, dengan harga yang mengejutkan. Yakni, hanya 2 Bitcoin atau sekitar 1,2 milyar rupiah saja.
Penyelidikan Narasi TV mengonfirmasi keaslian dan kelengkapan data yang bocor, termasuk data terbaru dan terperinci yang mencakup perubahan alamat dan TPS.
Baca Juga: 204 Juta Data Pemilih Bocor, Puan: Data pemilih yang Terpapar Mengancam Integritas Pemilu
Jimbo dengan santainya mengakui perbuatannya tanpa menunjukkan penyesalan, meremehkan keamanan siber negara yang diklaimnya mudah ditembus.
Tindakannya ini bukan hanya sebuah pencurian data biasa, tetapi sebuah tamparan keras bagi integritas sistem keamanan nasional.
Peretasan ini membuka mata akan kerentanan yang mengerikan dalam sistem keamanan data Indonesia.
Ironisnya, meski dengan adanya undang-undang perlindungan data pribadi, masih terdapat celah besar yang memungkinkan kebocoran informasi sensitif pada skala masif.
Baca Juga: 204 Juta DPT Pemilu 2024 Jebol, Anggota DPR ini Malah Bilang: Bukan Data-data Sensitif
Insiden ini merupakan sebuah wake-up call bagi pemerintah dan lembaga terkait untuk segera mengambil langkah tegas dan agresif dalam meningkatkan keamanan siber.
Kegagalan untuk melakukan ini tidak hanya menempatkan data pribadi jutaan warga dalam risiko, tetapi juga menodai kepercayaan publik terhadap kemampuan pemerintah dalam melindungi hak-hak digital mereka terutama dalam konteks penyelenggaraan pemilu.
Berikut ulasan dari tayangan youtube Narasi Newsroom, 1 Desember 2023 berjudul "Skandal Kebocoran DPT Pemilu 2023: Ngobrol Bareng Jimbo Peretas Situs KPU".
Pada awalnya dari redaksi Narasi TV mencoba mengontak Jimbo untuk memverifikasi apa betul data yang diretas selengkap itu.